Banyak sekali momen yang membekas selama mengenakan seragam putih-abu. Cinta? sudah pasti hehe, nanti Saya akan bahas sendiri tema ini ditulisan berikutnya. Kali ini Saya akan coba membagikan sebuah momen yang sangat membekas untuk saya selama memakai seragam putih-abu. Momen yang dimaksud adalah sebuah pertandingan sepak bola. Ya, memang hanya sebuah pertandingan sepak bola, tapi kesan yang didapatkan sangatlah membekas di sanubari.
Ketika itu kami (kelas 3 IPA) mendapat undangan pertandingan SMK 1 Cibarusah yang terkenal dengan pertahanan Grendele/catenacio khas Italia. Pertahanan catenacio merupakan ciri khas Italia di hampir semua pertandingan Piala Dunia. Taktik, ini bukan hanya sekedar menumpuk pemain di daerah bertahan, namun membentuk sebuah pola bertahan yang berlapis yang sangat sulit ditembus.
Ketika itu kami hampir diperkuat semua pemain terbaik yang kami miliki. Di lini paling krusial yaitu penjaga gawang ada nama Hasan Basri, 4 bek sejajar bertengger nama-nama lawas seperti Azwar , Tsumadi Fajar, Heru, Irwan . Sementara untuk lini tengah diperkuat oleh Usep, Uus, Mustopa Kamil, dan Wahyudin. Terakhir Angga dan Saya menjadi tumpuan dilini depan.
Pertandingan berjalan dengan tempo yang lambat sebelum terjadi goal dari pemain Baspoel (julukan SMK Cibarusah). Baru setelah itu jual beli serangan terjadi. Adalah Angga yang sukses mengkonversi hadiah penalti menjadi sebuah goal, 1-1 skor berubah. Pluit tanda babak pertama pun dibunyikan.
Babak kedua adalah milik Kami, kombinasi direct dan long passing sukses membuat tim tuan rumah kocar-kacir membendung serangkaian serangan yang kami susun. Mau tak mau strategi permainan keras pun mereka lakukan, hingga berbuah sebuah hadiah tendangan bebas yang sukses di eksekusi dengan sangat manis oleh Tsumadi, goal 1-2 kami memimpin.
Selang beberapa menit, kecerobohan yang Kami buat dengan mulus dimanfaatkan Baspoel untuk menyamakan kedudukan, skor bergerak menjadi 2-2. Ketika semua menduga pertandingan akan berakhir dengan skor imbang, tak disangka seorang pemuda imut dan manis (meski tidak terlalu ganteng) melakukan aksi solo run yang dari tengah lapangan. gocek kanan, gocek kiri mirip sekali dengan aksi solo run yang dilakukan maradona pada piala dunia 1986, Meksiko. Namun, pada endingnya pemuda baik hati ini dengan bijaksana memberikan umpan kepada Yudi Trisno, goal. Prittt... Pritt 2-3 kemenangan untuk tim tamu.
Gelak tawa membahana mewarnai kemenangan kami. Teriakan-teriakan kemenangan mengisi setiap detik yang sangat ingin Saya ulang.